Friday, 31 July 2015

PARTOGRAF


Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik.

Partograf adalah alat untuk mencatat informasi berdasarkan observasi, anamnesis dan pemeriksaan fisik ibu dalam persalinan. Hal tersebut sangat penting khususnya untuk membuat keputusan klinis selama kala I persalinan. Kegunaannya adalah untuk mengamati dan mencatat informasi kemajuan persalinan dengan memeriksa dilatasi serviks saat pemeriksaan dalam dan menentukan apakah persalinan berjalan normal atau persalinan lama, sehingga bidan dapat membuat deteksi dini mengenai kemungkinan persalinan lama .

     TUJUAN UTAMA PENGGUNAAN PARTOGRAF
a.       Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks melalui periksa dalam.
b.      Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan demikian dapat mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya persalinan lama.
c.       Data lengkap terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi, grafik kemajuan proses persalinan, bahan dan medika mentosa yang diberikan, pemeriksaan laboratorium, membuat keputusan klinik, asuhan, tindakan yang diberikan dimana semua itu dicatat pada status atau rekam media ibu persalinan atau bayi baru lahir.

    PENGGUNAAN PARTOGRAF

a.       Pencatatan Selama Fase Laten Kala Satu Persalinan
Selama fase laten semua asuhan, pengamatan dan pemeriksaan harus dicatat. Hal ini dapat dicatat secara terpisah, dicatat kemajuan persalinan di buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) atau Kartu Menuju Sehat (KMS) ibu hamil. Tanggal dan waktu harus ditulis setiap kali membuat catatan selama fase laten persalinan. Semua asuahan dan intervensi juga harus dicatat.

b.      Pencatatan Secara Fase Aktif Persalinan Partograf
1)      Informasi tentang ibu
Nama, umur, gravida, para, abortus (keguguran), nomor catatan medik, tanggal dan waktu mulai dirawat, waktu pecahnya selaput ketuban.
2)      Kondisi janin
a)      Denyut Jantung Janin (DJJ)
Setiap kotak pada bagian partograf menunjukkan waktu 30 menit. Catat DJJ dengan tanda titik pada garis yang sesuai. Kemudian hubungkan titik yang satu ke titik lainnya dengan garis bersambung.
b)      Warna dan adanya air ketuban
Nilai kondisi ketuban setiap kali melakukan periksa dalam dan nilai warna air ketuban jika selaput ketuban pecah. Catat dalam kotak yang sesuai dibawah lajur DJJ. Gunakan lambang-lambang berikut ini :
(1)   U  :    Ketuban masih utuh (belum pecah).
(2)   J    :    Ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih.
(3)   M  :    Air ketuban bercampur mekonium.
(4)   D  :    Air ketuban bercampur darah.
(5)   K  :    Air ketuban tidak mengalir lagi (kering).
c)      Molase
Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa jauh kepala dapat menyesuaikan diri terhadap bagian keras panggul ibu. Semakin besar derajat penyusupan antar tulang kepala, semakin menunjukkan risiko Cefalo Pelvik Disproporsi (CPD). Gunakan lambang-lambang berikut ini :
(1)    0   : Tulang-tulang kepala janin terpisah, setura dengan mudah dapat dipalpasi.
(2)    1   : Tulang-tulang keplala janin saling bersentuhan.
(3)    2   : Tulang-tulang kepala janin saling tumpang-tindih, tetapi masih bisa dipisahkan.
(4)    3   :            Tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan.
3)      Kemajuan persalinan
a)      Pembukaan serviks
Nilai dan catat pembukaan serviks setiap 4 jam. Nilai pada saat melakukan pemeriksaan vagina dan tandai dengan huruf (X).
b)      Penurunan bagian terbawah janin
Setiap melakukan pemeriksaan dalam tiap 4 jam. Berikan tanda (O) untuk penurunan kepala dan hubungkan dengan garis tidak terputus.
c)      Garis waspada dan garis bertindak
Garis waspada dimulai dari pembukaan serfiks 4 cm dan berakhir pada titik dimana pembukaan lengkap diharapkan terjadi. Garis bertindak berada sejajar disebelah kanan (berjarak 4 jam) garis waspada. Jika pembukaan serviks telah melampaui atau ada di sebelah kanan garis bertindak maka menunjukkan perlu dilakukan tindakan untuk menyelesaikan persalinan. Sebaiknya, ibu harus sudah berada di tempat rujukan sebelum garis bertindak terlampaui.
4)      Jam dan waktu
a)      Waktu mulainya fase aktif persalinan
Di bagian bawah pembukaan serviks tertera kotak-kotak yang diberi angka 1-12. Setiap kotak menyatakan satu jam sejak dimulainya fase aktif persalinan.
b)      Waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian
Setiap kotak menyatakan satu jam penuh dan berkaitan dengan dua kotak waktu tiga puluh menit yang berhubungan dengan lajur untuk pencatatan pembukaan serviks, DJJ di bagian atas dan lajur kontraksi dan nadi ibu di bagian bawah. Saat ibu masuk dalam fase aktif persalinan, cantumkan pembukaan serviks di garis waspada. Kemudian catatkan waktu aktual pemeriksaan ini di kotak waktu yang sesuai.
5)      Kontraksi uterus
Di bawah lajur waktu partograf, terdapat lima kotak dengan tulisan “kontraksi per 10 menit” di sebelah luar kolom paling kiri. Setiap kotak menyatakan satu kontraksi. Nyatakan lamanya kontraksi dengan :
a)      Beri titik-titik di kotak                  :     Kurang dari 20 detik.
b)      Beri garis-garis di kotak                :     Antara 20-40 detik.
c)      Isi penuh kotak                             :     Lebih dari 40 detik.
6)      Obat-obatan dan cairan yang diberikan
a)      Oksitosin
Dokumentasikan setiap 30 menit jumlah unit oksitosin yang diberikan per volume cairan Intra Vena (IV) dan dalam satuan tetesan per menit.
b)      Obat-obatan lain dan cairan IV
Catat semua pemberian obat-obatan tambahan atau cairan IV dalam kotak yang sesuai.
7)      Kondisi ibu
a)      Nadi, tekanan darah dan suhu tubuh
Angka di sebelah kiri berkaitan dengan nadi dan tekanan darah ibu. Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit beri tanda titik, tekanan darah ibu beri tanda panah dan temperatur tubuh ibu setiap 2 jam.
b)      Volume urin, protein dan aseton
Ukur dan catat jumlah produksi urin sedikitnya setiap 2 jam. Jika memungkinkan, setiap kali ibu berkemih, lakukan pemeriksaan aseton dan protein dalam urin.
8)      Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya
Catat semua asuhan lain, hasil pengamatan dan keputusan klinik di sisi luar kolom partograf atau buat catatan terpisah tentang kemajuan persalinan. Cantumkan juga tanggal dan waktu saat membuat catatan persalinan. Asuhan, pengamatan dan keputusan klinis mencakup :
a)      Jumlah cairan per oral yang diberikan.
b)      Keluhan sakit kepala atau penglihatan kabur.
c)      Konsultasi dengan penolong persalinan lainnya (dokter spesialis kandungan, bidan dan dokter umum).
d)     Persiapan sebelum melakukan rujukan.
e)      Upaya, jenis dan lokasi fasilitas rujukan.
9)      Pencatatan pada lembar belakang partograf
Mencatat hal-hal yang terjadi selama proses persalinan dan kelahiran bayi, serta tindakan yang dilakukan sejak kala I hingga kala IV dan bayi baru lahir. Lembar belakang partograf diisi setelah seluruh proses persalinan selesai.
a)      Data Dasar
Tanggal, nama bidan, tempat bersalin, alamat tempat bersalin, catatan dan alasan merujuk, tempat rujukan dan pendamping pada saat merujuk.
(1)   Kala I
Pertanyaan tentang saat melewati garis waspada, masalah lain yang timbul, penatalaksanaannya dan hasil penatalaksanaan.
(2)   Kala II
Episiotomi, pendamping persalinan, gawat janin, distosia bahu, masalah lain, penatalaksanaan masalah dan hasilnya.
(3)   Kala III
Lamanya kala III, pemberian oksitosin, penegangan tali pusat terkendali, rangsangan pada fundus, kelengkapan plasenta saat dilahirkan, retensio plasenta yang > 30 menit, laserasi, atonia uteri, jumlah perdarahan, masalah lain, penatalaksanaan dan hasilnya.
(4)   Bayi baru lahir
Adalah berat dan panjang badan, jenis kelamin, penilaian bayi baru lahir, pemberian ASI, masalah lain dan hasilnya.
(5)   Kala IV

Berisi data tentang tekanan darah, nadi, temperatur, tinggi fundus, kontraksi uterus, kandung kemih dan perdarahan.

JAHITAN PERINEUM


  HEKTING PERINEUM 
Hekting adalah suatu tindakan untuk mendekatkan tepi luka dengan benang sampai sembuh dan cukup untuk menahan beban fisiologis.
Hekting perineum adalah suatu cara untuk menyatukan kembali jaringan tubuh (dalam hal perineum) dan mencegah kehilangan darah yang tidak perlu dan mempertahankan integritas dasar panggul ibu.


      MACAM-MACAM HEKTING PERINEUM

a.       Jahitan Kulit
1)      Jahitan simple interrupted (jahitan satu demi satu)
2)      Merupakan jenis jahitan yang paling dikenal dan paling banyak digunakan. Jarak antara jahitan sebanyak 5-7 mm dan batas jahitan dari tepi luka sebaiknya 1-2 mm. Semakin dekat jarak antara setiap jahitan, semakin baik bekas luka setelah penyembuhan.

b.      Jahitan Matras
1)      Jahitan matras vertikal
Jahitan jenis ini digunakan jika tepi luka tidak bisa dcapai hanya dengan menggunakan jahitan satu demi satu. Misalnya didaerah yang tipis lunak subkutisnya dan tepi luka cenderung masuk ke dalam.
2)      Jahitan matras horizontal
Jahitan ini tidak boleh digunakan untuk menjahit lemak subkutis karena membuat kulit diatasnya terlihat bergelombang.

c.       Jahitan kontinous
1)      Jahitan jelujur
Jahitan ini lebih cepat dibuat, lebih kuat dan pembagian tekanannya lebih rata bila dibandingkan dengan jahitan terputus. Kelemahannya jika benang putus/simpul terurai tepi luka akan terbuka.


  TEKNIK MENJAHIT ROBEKAN PERINEUM

a.       Tingkat I
Penjahitan robekan perineum tingkat I dapat dilakukan hanya dengan memakai catgut yang dijahitkan secara jelujur (kontinous sutur) atau dengan cara angka delapan (figure of eight).

b.      Tingkat II
Pada robekan perineum tingkat II, setelah diberi anestesi lokal otot-otot diafragma urogenitalis dihubungkan di garis tengah dengan jahitan dan kemudian luka pada vagina dan kulit perineum ditutup dengan mengikut sertakan jaringan-jaringan dibawahnya.

c.       Tingkat III
Sebelum dilakukan penjahitan pada robekan perineum tingkat II maupun tingkat III, jika dijumpai pinggir robekan yang tidak rata atau bergerigi, maka pinggir yang bergerigi tersebut harus diratakan terlebih dahulu. Pinggir robekan sebelah kiri dan kanan masing-masing diklem terlebih dahulu, kemudian digunting. Setelah pinggir robekan rata, baru dilakukan penjahitan luka robekan.

d.      Tingkat IV
Mula-mula dinding depan rektum yang robek dijahit. Kemudian fasia perirektal dan fasia septum rektovaginal dijahit dengan catgut kromik, sehingga bertemu kembali. Ujung-ujung otot sfingter ani yang terpisah oleh karena robekan diklem, kemudian dijahit dengan 2-3 jahitan catgut kromik sehingga bertemu kembali. Selanjutnya robekan dijahit lapis demi lapis seperti menjahit robekan perineum tingkat II, tingkat III dan tingkat IV.